About LDIINasionalNews

LDII Ajak Ormas Islam Bantu Korban Bencana

Jakarta (15/1). Di tengah situasi pandemi Covid-19, Indonesia dilanda musibah dalam beberapa pekan terakhir. Usai jatuhnya pesawat Sriwijaya, pekan ini banjir melanda Kalimantan Selatan. Lalu menyusul gempa bumi 6 Skala Ritcher (SR) terjadi di Majene, Mamuju, dan Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Sebagai Ormas Islam, LDII mengajak ormas Islam lainnya, terutama ormas Islam di wilayah yang tertimpa musibah untuk bergotong royong membantu korban. “Kehadiran ormas Islam sangat penting, karena dapat memobilisasi anggotanya unuk membantu pemerintah daerah menangani bencana alam,” ujar Ketum DPP LDII Chriswanto Santoso.

Menurutnya, dalam bencana seperti ini, ikatan rakyat Indonesia sebagai satu bangsa dan kepedulian sosial harus menguat. Inilah yang akan mengurangi beban masyarakat yang ditimpa musibah. Apalagi masih dalam suasana pandemi saat ini. Diharapkan warga yang ditimpa musibah tetap kuat dan sabar.

“Uluran bantuan kemanusiaan bagi warga yang ditimpa musibah sangat penting. Mereka butuh bantuan makanan siap saji, selimut, dan tempat-tempat penampungan. Apalagi saat ini musim hujan, agar tidak semakin menyulitkan saudara-saudara kita,” imbuhnya.

Langkah yang ditempuh DPP LDII, lanjut Chriswanto, salah satunya berkoordinasi dengan Senkom Mitra Polri di wilayah yang terkena bencana untuk mengkoordinir bantuan. “Kami telah meneken nota kesepahaman dalam penanganan bencana alam di berbagai wilayah yang keduanya memiliki perwakilan kepengurusan,” paparnya.

Hal tersebut dibenarkan Ketua Pengurus Pusat (PP) Senkom Mitra Polri, Lukman A. Fatah, pihaknya telah mengadakan kerja sama dengan DPP LDII, dalam bidang penanganan bencana alam. “Pada wilayah kami memiliki anggota, mereka bekerja sama dengan warga LDII menangani bencana alam. Dari menyediakan tempat mengungsi, menjaga keamanan, hingga mengkoordinir bantuan,” ujarnya.

Chriswanto mengingatkan, ormas merupakan simbol dan implementasi dari civil society atau masyarakat madani. Keberadaan ormas adalah untuk memberdayakan warganya dan bermitra dengan pemerintah. “Keberadaan ormas sangat penting untuk membantu pemerintah, karena mereka dekat dengan masyarakat yang paling bawah,” papar Chriswanto.

Selain mengajak ormas berperan aktif di wilayah kebencanaan, ia juga meminta seluruh rakyat Indonesia mengubah pandangan mengenai lingkungannya. “Bangsa ini harus memiliki mental kebencanaan, karena posisi Indonesia berada di atas lempeng bumi paling aktif dan cincin api pasifik yang sangat aktif,” ujarnya.

Artinya, secara natural Indonesia berada pada garis bencana alam seperti erupsi gunung berapi, tanah longsor, dan gempa bumi. Untuk itu, ia mengingatkan setiap keluarga mempelajari bagaimana mengantisipasi bencana untuk menekan korban jiwa dan harta. “Dengan antisipasi, ada harapan korban jiwa dan harta bisa ditekan karena bencana alam tak bisa ditolak kehadirannya,” imbuhnya.

Ia mencontohkan rakyat Jepang, yang sejak dini diajarkan beradaptasi dengan gempa bumi, tsunami, dan erupsi. Mereka belajar berlindung, mengevakuasi diri, dan menyediakan bekal untuk persiapan gempa. Rumah tangga di Jepang juga wajib memiliki persediaan makan untuk seminggu, yang disimpan secara khusus dan dipergunakan hanya saat bencana terjadi. Selain itu, warga Jepang telah dilatih sejak usia dini, agar mental mereka siap menghadapi bencana alam yang datang sewaktu-waktu.

Chriswanto juga mengingatkan agar ormas juga berperan aktif dalam pembangunan, dengan memberi masukan kepada pemerintah. Agar pembangunan yang dilaksanakan tetap memperhatikan keberlanjutan alam. “Wilayah-wilayah yang alih fungsi, dari area resapan menjadi permukiman atau berubah menjadi fasilitas umum atau pertanian, mengakibatkan air hujan tak terserap dengan baik. Inilah yang mengakibatkan musibah banjir,” imbuhnya.

Menurutnya, dengan pembangunan yang memperhatikan kebijakan lokal, perekonomian bangsa bisa kian maju, dan berimbas pada kesejahteraan rakyat dan terjaganya alam. “Di sinilah peran ormas membantu pemerintah dalam pembangunan yang berkelanjutan,” tambah Chriswanto. (*)