Tiga poin penting dari DPP LDII untuk Jamaah Haji Indonesia
Jakarta (15/5). Cuaca panas dengan suhu antara 45-50 derajat Celcius pada siang hari di kawasan Mekkah, menjadi tantangan tersendiri bagi jamaah haji Indonesia. Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto mengimbau para jamaah haji selalu mengikuti anjuran pemerintah Indonesia dan Arab Saudi, agar mereka tidak terdampak suhu panas ekstrim tersebut.
“Sejak keberangkatan kloter pertama pada 12 Mei, jamaah haji akan menghadapi musim panas, pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, hingga September. Ia mengimbau dalam suhu panas tersebut, para jamaah haji tidak tergiur meminum air es, untuk menghindari radang tenggorokan dan gangguan kesehatan lainnya,” ujar KH Chriswanto.
Ia juga menyarankan agar jamaah haji membawa bekal minuman, agar terus terhidrasi mengingat cuaca yang tidak ramah tersebut. Selain itu, ia juga mengajak jamaah haji bersyukur dan menata niat semata karena Allah, “Banyak hal yang harus disyukuri bagi mereka yang berhasil melaksanakan ibadah haji. Sebab, dengan antrean yang luar biasa tidak semua orang bisa secepatnya menunaikan ibadah haji,” tuturnya.
Kesyukuran dalam ibadah haji, menurutnya dengan meningkatkan ketakwaan dan selalu memperbaiki budi pekerti, “Tanda seseorang hajinya mabrur adalah semakin meningkat budi pekerti luhurnya dan kesalehan sosialnya juga meningkat. Selalu menjaga lisannya, agar tak menyakiti hati orang lain ataupun merusak kerukunan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan,” kata KH Chriswanto.
Ia juga mengimbau bagi yang lanjut usia ataupun fisiknya lemah, untuk tidak memilih haji masiyan. Tujuannya, agar memudahkan diri sendiri dan tidak menyulitkan orang lain sehingga mengganggu kekhusukan atau pelaksanaan ibadah. Meskipun haji masiyan memiliki kelebihan dengan haji berkendara atau raqiban.
Senada dengan KH Chriswanto, Pengasuh Ponpes Al Ubaidah Kertosono Habib Ubaidillah Al Hasany mengatakan, secara dalil haji masiyan mempunyai keutamaan yang lebih dibandingkan dengan haji berkendara atau raqiban, “Namun saat itu, Rasulullah berniat menjaga perasaan jamaahnya yang tidak mempunyai kendaraan untuk berhaji. Untuk itu, Baginda Nabi Muhammad memotivasi mereka bahwa barangsiapa yang haji masiyan pahala lebih tinggi daripada yang raqiban,” ujarnya.
Habib Ubaid, sapaan akrabnya, menukil sebuah hadist barangsiapa yang melaksanakan haji masiyan mendapat pahala 100.000 kebaikan. Namun, pada prakteknya Nabi, keluarga, dan para sahabat yang mampu sering melaksanakan haji raqiban, “Rasulullah sebenarnya hanya untuk menjaga perasaan saja, karena prakteknya Nabi, para Sahabat dan juga keluarganya kebanyakan naik kendaraan,” ujarnya.
Selain itu, Habib Ubaid mengimbau kepada masyarakar yang melaksanakan haji pada tahun ini untuk menjaga tiga hal. Pertama, harta atau biaya yang digunakan untuk ibadah haji merupakan harta yang halal. “Supaya benar-benar dijaga dari keharaman artinya berhaji dengan menggunakan harga yang halal,” ungkapnya.
Kemudian, pada saat pelaksanaan ibadah haji atau menjalankan manasiknya harus sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. “Yang ketiga, supaya menjaga niat. Inilah yang paling sulit karena niat itu ada di dalam hati dan tidak satupun orang yang bisa mempengaruhi. Ketika terjadi kesalahan dalam niat maka tidak bisa diingatkan sebab yang tahu dirinya sendiri dan Allah SWT,” imbaunya.
Habib Ubaid mengatakan, pemerintah memberikan perhatian lebih dalam melayani jamaah haji, baik sarana dan prasana. “Fasilitas secara umum lebih baik dan lebih bagus daripada tahun kemaren (lebih representatif), salah satunya tenda-tenda diperbanyak,” tutupnya.