DakwahKegiatan LDIINews

Riset Sistem Pendidikan LDII, Cendekiawan Muslim Kunjungi Sekolah di Bawah Naungan LDII Jabar

Bandung (5/7) – Wakil Sekretaris Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman-MUI (LPBKI-MUI) yang juga Cendekiawan Muslim Ahmad Ali berkunjung ke sekolah-sekolah di bawah naungan LDII Jawa Barat. Kunjungan ini untuk riset/meneliti sistem pendidikan di LDII.

Dalam risetnya, Ahmad Ali mengunjungi Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Nurul Hakim di Jatinangor Sumedang; Yayasan Bina Insan Baitul Manshurin di Kab. Bandung yang menaungi TK Al-Asthoriyah, SD Unggulan Baitul Manshurin, SMP Unggulan Baitul Manshurin dan SMA Pondok Schooling Darul Ilmi (PSDI); dan SMP Plus – SMK Rasana Rasyidah di Garut.

Dalam kunjungan di Garut, dihadiri Ketua DPW LDII Jawa Barat Dicky Harun, Ketua DPD LDII Garut Endang Sugiri, Dewan Penasehat DPD LDII Garut Oop Opidin Yudiansyah dan Ketua Yayasan Rasana Rasyidah Tantan Rustandi.

Saat dihubungi, Kamis (04/07/2024), Ketua DPW LDII Jawa Barat, KH. Dicky Harun mengatakan, kontribusi LDII untuk bngsa dan masyarakat dalam sepuluh tahun belakangan mulai merambah sektor pendidikan. Diantaranya dengan mendirikan sekolah-sekolah mulai tingkat PAUD/TK, SD, SMP, SMA/SMK, hingga perguruan tinggi.

“Sekolah-sekolah ini mayoritas bounding dengan pondok pesantren yang ada, sehingga mayoritas berupa boarding school, perpaduan antara sekolah umum dengan pondok pesantren. Perguruan tinggi juga sama seperti itu. Sehingga ketika mereka lulus, selain mendapatkan ijazah sekolah atau oerguruan tinggi, juga lulus sebagai mubalig,” paparnya.

KH Dicky menambahkan, diharapkan para generasi muda LDII ini bisa ikut berperan aktif dalam menyambut dan mengisi Indonesia Emas 2045. Pasalnya, lulusan sekolah dan perguruan tinggi di bawah naungan LDII diharapkan menjadi generasi muda profesional religius yang siap untuk berkontribusi baik melalui pekerjaan maupun dalam kegiatan sosial di masyarakat,.

“Mudah-mudahan mereka bisa berperan aktif dalam menyambut dan mengisi Indonesia Emas,” harapnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Rasana Rasyidah, Tantan Rustandi, yang membawahi SMP Plus dan SMK Rasana Rasyidah mengatakan, sekolah ini dikenal karena pendekatannya yang mandiri dalam pendidikan, yang tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga mengintegrasikan antara pembelajaran dengan program kemandirian ekonomi kearifan lokal seperti peternakan domba Garut proyek dengan Bank Dunia yang menghasilkan produk turunan produk olahan domba Garut. Selain itu ada budi daya jamur dengan produk turunan jamur krispi, perkebunan jeruk garut reborn.

“Kami juga melakukan penyulingan minyak sereh wangi kwalitas ekpor yang menghasilkan produk turunan seperti sabun cair triseka yang menjadi pemenang lomba di program One Pesantren One Produk (OPOP) tingkat Jawa Barat. Selain itu membuat carbol pembersih dan pengharum lantai, bunga mas sebagai bahan serum kecantikan, budi daya padi, bawang merah, anggur, sayur hidroponik, dimana profit dari produk tersebut digunakan sebagai biaya operasional sekolah,” paparnya.

Tantan menambahkan, tenaga pendidik yang terlibat di sekolah ini tidak hanya warga LDII saja, tetapi juga melibatkan tenaga-tenaga profesional luar LDII yang memiliki keahlian dan kompetensi di bidangnya masing-masing, baik guru, staf bahkan kepala sekolah.

“Kepala sekolah SMP dan SMK bukan dari lingkungan LDII. Ini menunjukkan inklusivitas dan keberagaman dalam kepemimpinan pendidikan di LDII,” imbuhnya.

Tantan melanjutkan, kerjasama yang erat dengan instansi pemerintah seperti Kodim dan Telkom menjadi salah satu kekuatan sekolah ini dalam membangun ekosistem pendidikan yang berkelanjutan dan berintegrasi dengan instansi pemerintah.

“Sekolah ini juga mempunyai Sertifikat ISO, mudah-mudahan bisa menjadi pusat pendidikan yang tidak hanya menghasilkan generasi yang cerdas intelektualnya, tetapi juga mandiri secara ekonomi, sehingga menjadi inspirasi bagi banyak pihak. Kami bukan hanya melatih siswa untuk menjadi pemimpin masa depan, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk berkontribusi secara nyata bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan pendekatan yang holistik dan inklusif, sekolah ini menjadi model bagi pendidikan yang berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan zaman,” tuturnya.

Menanggapi hal itu, Ahmad Ali memuji pencapaian sekolah penggerak yang terakreditasi A ini dalam pendidikan dan ekonomi. Ia juga menggarisbawahi pentingnya nilai-nilai keislaman dalam pendidikan modern.

“Dengan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan pembelajaran praktis, SMP, SMK Plus Rasana Rasyidah menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, menciptakan siswa yang tidak hanya berkualitas akademik tinggi, tetapi juga memiliki kepemimpinan moral yang kuat,” jelasnya. (*)