Audiensi LDMI HMI dengan LDII, Chriswanto: Mahasiswa Jangan Hanya Protes, Berikan Solusi
LDIIJabar.or.id, Jakarta- DPP LDII menerima audiensi Lembaga Dakwah Mahasiswa Indonesia (LDMI) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Indonesia di Kantor DPP LDII, Patal Senayan, Jakarta, pada Jumat (18/2). Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengatakan perlunya transfer informasi yang baik antara generasi senior pada generasi yang lebih yunior, sehingga tidak terjadi gap informasi dan mendekatkan kesenjangan usia.
”Karena sekarang ini permasalahannya adalah komunikasi tidak jelas, tidak lancar antara generasi muda dengan generasi yang lebih senior dan kemudian karena tidak jelas, tidak ada transfer informasi, akhirnya ada gap informasi yang terjadi, akhirnya justru menjadi sebuah ketidakstabilan,” ungkapnya.
Menurutnya, jika proses transfer informasi berjalan dengan baik, maka proses regenerasi di Indonesia akan bagus. Generasi muda sangat memerlukan pesan-pesan moral, bimbingan dan pengalaman generasi yang lebih tua, karena komunikasi ini akan mendekatkan kesenjangan usia
“Saya kira ini adalah sebuah konsep bagus, saya salut dan berterima kasih organisasi pemuda yang mau mengunjungi ormas Islam seperti LDII. Ini adalah sebuah upaya dan proses komunikasi bagus,” ujarnya.
Dalam proses mensukseskan pembangunan bangsa, KH Chriswanto memberikan pesan kepada LDMI PB HMI untuk memberikan kontribusi konkrit melalui gagasan dan pemikiran dari pemuda-pemuda Indonesia.
“Jangan hanya memberikan protes dengan cara fisik, tapi juga harus memberikan solusi. Jarang yang memberikan solusi. Saya minta lebih bijak, lebih banyak belajar berkomunikasi sehingga bisa menerima, bukan berarti Anda tidak kritis. Anda tetap kritis dengan idealisme yang Anda bangun sendiri. Dengan demikian, maka harapan saya proses regenerasi, proses perubahan berjalan dengan mulus tanpa harus mengorbankan kepentingan-kepentingan masyarakat,” tambahnya.
Ia juga mendorong para mahasiswa LDII untuk ikut andil dalam pembangunan karakter bangsa. Tidak larut dengan kepentingan-kepentingan yang tidak jelas, namun memprioritaskan terhadap permasalahan yang dihadapi bangsa.
“Menurut saya, siapapun yang belajar dan dimanapun mereka, selama untuk sebuah kebaikan itu tidak ada salahnya. Maka bergabung ke mana pun selama itu adalah untuk kemaslahatan umat itu bagus. Yang penting adalah kontrol dirinya, tidak hanya larut dengan kepentingan karena anak biasanya muda mudah di drive untuk kepentingan ke arah mana gitu,” kata dia.
“Secara individu harus punya idealisme menurut ukuran kita dan itu kita perjuangkan dengan baik. Ketika itu idealisme diperjuangkan dengan komunikasi yang baik, baik secara vertikal maupun horizontal saya kira mulus, dan prosesnya akan bagus,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur Umum Lembaga Dakwah Mahasiswa Indonesia (LDMI), Muhammad Mulyono mengatakan, LDII mempunyai delapan program kerja strategis yang dapat disinergikan dengan program kerja PB HMI khususnya bidang lembaga dakwah.
“Delapan program yang disampaikan oleh DPP LDII ada yang dapat disinergikan dengan kami, yaitu terkait persoalan keumatan dan juga kebangsaan. Kami akan terus berkomunikasi dengan LDII untuk membahas program kerja yang lebih konkrit lagi untuk nantinya bisa bersinergi,” ungkapnya.
Dia berharap, DPP LDII dan LDMI PB HMI pada periode-periode berikutnya bisa selalu berkolaborasi untuk mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Kami berharap untuk di periode-periode selanjutnya LDMI terus bisa bersilaturahim kepada DPP LDII untuk terus kita sama-sama mengawal NKRI untuk menjadi negara yang baldatun toyyibatun warobbun ghofur,” tuturnya.
Muhammad Mulyono menegaskan, pihaknya akan merangkul semua kalangan mahasiswa termasuk mahasiswa LDII, sesuai dengan take line, LDMI untuk bersinergi bersama seluruh elemen masyarakat. Menurutnya, HMI adalah lembaga inklusif.
“Kami tidak ingin LDMI ini disebut sebagai lembaga dakwah yang bersifat ekstrem, kami tidak ingin itu, karena sebuah organisasi apapun selama merasa eksklusif, tentunya akan menimbulkan perdebatan ataupun pertanyaan di luar. Lebih baik kami mengecilkan adanya perbedaan tetapi kami membesarkan adanya persamaan-persamaan yang ada,” tutupnya. (kim/*)