LDII Berkomitmen Memperbanyak Tim Rukyatul Hilal Sampai ke Kabupaten/Kota di Seluruh Indonesia
Jakarta (29/2). Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPP LDII menggelar pelatihan rukyatul hilal di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidin, Jakarta, 27-28/2. Pada kesempatan itu Ketua Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPP LDII, KH Aceng Karimullah, mengungkapkan, pelatihan hisab rukyat menjadi penting karena ilmu ini merupakan salah satu yang tertulis dalam Al Quran dan Al Hadits, sehingga merupakan bagian integral dari ajaran Islam. “Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan dan memperluas pengetahuan ini, serta melibatkan generasi muda dalam proses kaderisasi,” kata KH Aceng Karimullah.
Dengan masuknya angkatan ketiga pelatihan ini, DPP LDII berharap bahwa tim hisab rukyat yang terbentuk di setiap provinsi di Indonesia bisa berkolaborasi dengan lembaga atau ormas lainnya. “Kami optimis bahwa angkatan ketiga ini akan mencapai semua provinsi, dan kami berharap setiap tim dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu ini di tingkat lokal,” tambahnya.
Selain itu, DPP LDII mendorong para peserta pelatihan untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi dan Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) setempat. “Kami mengajak peserta untuk mengembangkan pengetahuan mereka melalui kolaborasi dengan institusi-institusi terkait, serta memanfaatkan sumber daya yang tersedia di daerah masing-masing,” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, Pendiri Observatarium Imah Noong, Hendro Setyanto yang menjadi pemateri utama mengatakan, pelatihan kali ini difokuskan pada pentingnya pemahaman peserta terhadap apa yang diamati serta posisi mereka dalam pengamatan tersebut. “Peserta harus memahami posisinya dan bagaimana menemukan atau mengetahui posisinya dengan mudah. Kami mengulang-ulang materi dengan aplikasi yang sederhana agar peserta dapat memahaminya dengan baik,” ujarnya.
Hendro mengatakan, pelatihan ini menekankan pada poin-poin penting yang harus dipahami, “Kami berharap peserta dapat mengulangi materi tidak hanya saat akan mengamati Hilal, tetapi juga dalam kegiatan-kegiatan lain. Semakin lama peserta mengoperasikan peralatan, semakin ahli mereka dalam penggunaannya,” tambah Hendro.
Dalam pendekatan pembelajaran untuk generasi muda, Pendiri Observatarium Imah Noong menggunakan simulasi dan praktek langsung sebagai metode awal. Pembelajaran dimulai dengan simulasi dan praktek karena ilmu Falak atau ilmu astronomi adalah ilmu observasi. Peserta harus memahami cara melakukan observasi terlebih dahulu. “Misalnya, dalam pembelajaran mengenai arah kiblat, kami tidak langsung memulai dengan perhitungan, tetapi dengan menemukan arah kiblat dan mengukurnya terlebih dahulu, baru kemudian melakukan perhitungan,” jelasnya.
Dengan adanya pendekatan pembelajaran yang lebih praktis dan visual, Hendro berharap dapat meningkatkan minat dan pemahaman generasi muda dalam bidang falak atau ilmu observasi astronomi. “Dengan adanya simulasi yang lebih mudah diakses, kami berharap pembelajaran menjadi lebih menarik dan mempermudah peserta dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan,” pungkas Hendro Setyanto.
Sementara itu, Ketua DPP LDII, Teddy Suratmadji menyampaikan bahwa setelah sekian tahun, LDII telah diundang oleh Kementerian Agama (Kemenag) untuk Sidang Isbat namun hanya hadir sebagai undangan. Namun, tahun lalu, kontribusi LDII mulai terlihat hasilnya, “Kami memberikan sumbangsih dengan membantu pemerintah melakukan hisab rukyat di beberapa titik. LDII berusaha berkontribusi aktif dengan adanya Tim Pengamat Hilal dari LDII ini,” tambah Teddy Suratmadji.
Teddy mengatakan, Pelatihan Hisab Rukyat Angkatan Ketiga ini menjadi salah satu langkah LDII meningkatkan pengetahuan keagamaan dan mempererat hubungan dengan umat Islam lainnya, “Dengan adanya komitmen yang kuat dan sumber daya yang memadai, diharapkan LDII dapat terus memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan umat Islam secara luas,” tutupnya.