LDII Kabupaten Bandung Ikut Serta dalam Pengamatan Hilal di Unisba
Bandung (29/03) – Pemantauan hilal untuk menentukan 1 Syawal 1446 H dilakukan serentak di berbagai wilayah Indonesia pada Sabtu, 29 Maret 2025.
Salah satu lokasi pengamatan berada di Observatorium Al Biruni, Fakultas Syariah, Universitas Islam Bandung (Unisba).
Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Kementerian Agama, Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Baznas Provinsi Jawa Barat, serta berbagai organisasi keagamaan, termasuk DPD LDII Kabupaten Bandung.
Laporan Kiki Fahd Baihaqi, selaku tim Bidang Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) LDII Kabupaten Bandung, menyebutkan bahwa tim pengamat hilal LDII turut serta dalam kegiatan ini dengan menyiapkan dua jenis alat pengamatan.
“Kami hadir dan menyiapkan alat yang kami bawa, ada dua: alat manual berupa teropong dan teropong digital,” ungkap Kiki.
“Kami berharap dengan pemantauan hari ini, dapat memberikan sumbangsih berupa hasil pengamatan hilal dari LDII Kabupaten Bandung,” tambahnya.
Saat diwawancarai, di hadapan reporter Liputan 6 SCTV, Ketua Tim Pemantau Hilal DPD LDII Kabupaten Bandung, Muhammad Yusuf, S.Pd.I., menegaskan bahwa beberapa faktor berpengaruh dalam proses pengamatan hilal.
“Beberapa faktor yang menentukan hilal bisa terpantau, termasuk kondisi cuaca, keberadaan awan, serta hambatan alam lainnya. Oleh karena itu, pemantauan harus dilakukan dengan teliti agar hasilnya benar-benar akurat,” ujar Muhammad Yusuf.
Ia juga menjelaskan bahwa waktu paling ideal untuk melihat hilal adalah saat matahari terbenam.
“Jika dilakukan terlalu cepat, hilal tidak akan terlihat. Namun, setelah matahari terbenam, waktu yang paling krusial untuk fokus melihat hilal adalah antara 7 hingga 10 menit setelah matahari terbenam,” tambahnya.
Yusuf pun menegaskan bahwa pengamatan hilal di Observatorium Al Biruni menggunakan alat canggih yang lebih besar dan dilengkapi dengan sistem komputerisasi digital.
“Selain menggunakan alat yang lebih canggih, hasil pengamatan juga dihimpun dari para pengamat hilal yang hadir dengan peralatan masing-masing. Semua data ini kemudian disampaikan ke Kementerian Agama RI sebagai bahan pertimbangan dalam Sidang Isbat,” jelasnya.
Sementara itu, Pengelola Observatorium Al Biruni, Fahmi Fatwa, menjelaskan bahwa hasil pemantauan kali ini menunjukkan hilal belum terlihat.
“Dari pantauan kami, posisi hilal masih di bawah ufuk dengan ketinggian kurang dari 3 derajat, yaitu sekitar 1 derajat di bawah ufuk. Hasil ini akan kami laporkan ke Kementerian Agama sebagai bahan pertimbangan dalam Sidang Isbat,” tutup Fahmi.