Kegiatan LDII

LDII Manokwari Gelar CAI 2025, Cetak Pemuda Religius dan Cinta NKRI

Manokwari (3/8) – Menyambut bulan kemerdekaan dan berbagai momen bersejarah di bulan Agustus 2025, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Manokwari menggelar kegiatan Pengajian Cinta Alam Indonesia (CAI) 2025. Kegiatan berlangsung pada Minggu (3/8/2025) di Masjid Al-Mubarok Manokwari secara hybrid.

Pengajian ini diikuti 73 peserta secara tatap muka, serta 15 peserta dari Kabupaten Teluk Bintuni yang bergabung secara daring dari Masjid Baitul Izza Manimeri. Kegiatan tersebut mengusung tema “Regenerasi Tidak Ditemukan tapi Diciptakan”, sebagai upaya menyiapkan generasi muda yang religius, cinta tanah air, dan berkarakter kuat di tengah tantangan zaman.

Dewan Penasehat LDII Papua Barat, Kuatman, S.Pd membuka acara secara resmi dan menegaskan pentingnya membekali generasi muda dengan ilmu agama, wawasan kebangsaan, serta karakter luhur, agar tidak mudah terpengaruh pergaulan negatif.

“Regenerasi bangsa harus disiapkan. Jangan sampai anak muda kita lemah secara moral, mental, dan spiritual,” tegas Kuatman.

Pada sesi materi, hadir narasumber Erick Yuniardi, didampingi H. Ilham Rusdi dan Edi Susilo pada sesi pertama. Sesi kedua dilanjutkan oleh Ubaidilah Imadul Ahkam, Faqih Ismu Izza, dan Yusuf Wibowo, S.Pd.

Erick Yuniardi menjelaskan bahwa pengajian CAI akan dilaksanakan secara berkesinambungan setiap bulan, mengingat padatnya materi dan terbatasnya waktu. Materi yang diberikan meliputi wawasan kebangsaan, pembinaan 29 karakter luhur, hingga pendalaman agama, guna membentuk pemuda yang tangguh dan siap menghadapi era modern.

“Target kami lahir generasi unggul yang mampu bersaing, tidak mudah rusak oleh kemajuan teknologi, dan punya kontribusi nyata untuk bangsa,” ujarnya.

CAI menjadi salah satu bentuk pembinaan khas LDII yang fokus pada pembangunan karakter generasi muda di tengah krisis moral, politik, ekonomi, dan kebangsaan. Kegiatan ditutup oleh Kawit Haryono, Anggota Dewan Penasehat LDII Papua Barat, yang berharap para peserta mendapat bekal lengkap untuk menghadapi tantangan zaman.

“Jangan sampai arus negatif lebih cepat membentuk mereka dibanding pendidikan karakter. Maka pembinaan seperti ini harus terus dilakukan,” pesan Kawit sebelum mengakhiri kegiatan dengan doa bersama.