Hari Pahlawan, LDII : Kemandirian Indonesia Jadi Perhatian Dunia
Jakarta (10/11/2021). Seiring tugas yang diemban Presiden Joko Widodo sebagai Presidensi G20 Tahun 2022, kondisi ini bisa digunakan Indonesia untuk mengarahkan agenda pembahasan G20 agar mendukung dan berdampak positif dalam pemulihan aktivitas perekonomian Indonesia. Pasalnya, kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberi nilai tambah bagi pemulihan Indonesia, baik dari sisi aktivitas ekonomi maupun kepercayaan masyarakat domestik dan internasional.
“Ini kesempatan sebagai sarana memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia internasional, melalui lokasi pertemuan-pertemuan G20 yang akan digelar di Indonesia. Tentunya ini dapat menggerakkan perekonomian Indonesia,” ujar Ketua DPP LDII, Singgih Tri Sulistiyono, Rabu (11/10/2021).
Guru Besar Sejarah Universitas Diponegoro ini menambahkan, Indonesia dengan kemampuannya bukan hanya menjadi destinasi investasi yang menjanjikan namun juga mampu berinvestasi ke mancanegara. “Bangsa Indonesia tidak anti investasi asing, namun jangan sampai investasi itu mengganggu kedaulatan bangsa atau mendikte pemerintah,” ungkapnya.
Untuk itu, semua pihak harus bekerja keras dengan nilai-nilai luhur bangsa agar bangsa Indonesia menjadi bangsa maju, dan mampu mewujudkan pembukaan UUD 1945. “Apa yang dilakukan bangsa Indonesia hari ini, sangat menentukan perjalanan bangsa pada masa depan,” paparnya.
Senada dengan Singgih Tri Sulistiyono, Sekretaris Umum DPP LDII Dody T. Wijaya mengatakan, generasi muda terutama generasi Z, menjadi tumpuan bangsa. Mereka yang lahir sekitar tahun 1997 hingga tahun 2000-an, merupakan generasi yang lekat dengan teknologi sehingga terkadang disebut sebagai i-gen.
“Mereka ambisius, mahir tentang hal digital, percaya diri, mempertanyakan otoritas, banyak menggunakan bahasa gaul, lebih sering menghabiskan waktu sendiri, dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Generasi Z juga rentan terkena depresi juga kecemasan. Mereka inilah yang harus dibimbing menjemput Indonesia Emas 2045,” imbuhnya.
Generasi Z sebagai anak teknologi dengan pemikiran yang global, bahkan nasionalisme yang menembus batas negara dan ideologi, menurut Dody, harus mendapatkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti gotong royong. “Mereka juga harus memiliki karakter alim-faqih, berakhlak mulia, dan memiliki sikap mandiri,” imbuhnya.
Dengan generasi inilah, bonus demografi pada 2045 menjadi milik bangsa Indonesia. Sehingga Indonesia menjadi negara maju, namun dengan moralitas yang mulia dalam rangka membangun masyarakat madani yang makmur, sejahtera, adil, toleran, saling menghargai, tolong-menolong, dan semangat kebersamaan yang tinggi.
“Mereka akan menjadi pahlawan masa depan, bila memiliki semangat rela berkorban dan berjuang untuk kepentingan orang banyak, tanpa membedakan suku, agama, dan ras. Merekalah pahlawan-pahlawan masa depan,” urai Dody.
Senada dengan Singgih dan Dody, Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Barat, Dicky Harun mengatakan, kepercayaan negara-negara anggota G20 kepada Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun 2022 di tengah pandemi membuktikan persepsi yang baik atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis. Selain itu, pengakuan terhadap Indonesia sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Hal ini sejalan dengan semangat Hari Pahlawan yang menginginkan kemerdekaan dan kemandirian bangsa Indonesia.
“Indonesia saat ini menjadi salah satu perhatian dunia, khususnya para pelaku ekonomi dan keuangan. Saatnya Indonesia menunjukkan berbagai kemajuan yang telah dicapai kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pasca pandemi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” papar Dicky.
Sebagai kilas balik Hari Pahlawan, Singgih mengatakan, hal ini bermula dari pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, yang menjadi sejarah perjuangan bangsa. Hanya sekitar 4 bulan setelah kelahirannya, bangsa Indonesia yang baru saja memproklamirkan kemerdekannya, harus menghadapi Inggris kampiun Perang Dunia II dan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.
“Heroisme rakyat Surabaya dicatat dengan harum dalam perjalanan sejarah bangsa, bagaimana bangsa yang baru lahir mempertahankan kemerdekaannya,” ujarnya.
Singgih melanjutkan, sikap heroik dari rakyat Surabaya merupakan wujud kecintaan terhadap tanah air. Sekaligus ekspresi dari tekanan akibat politik imperialisme yang meminggirkan bangsa Indonesia selama ratusan tahun.
Perlawanan mereka mengakibatkan serangan Inggris yang luar biasa tersebut, berlangsung selama tiga minggu yang mengakibatkan kerusakan besar terhadap kota Surabaya. Efeknya, luar biasa, mata dunia tertuju kepada negeri muda yang melawan dengan gigih kolonialisme.
“Peristiwa itu dikenang karena keberanian, kegigihan, dan spontanitas rakyat Surabaya yang mengubah sejarah Indonesia. Heroiknya rakyat Surabaya yang kemudian hari disebut sebagai bondo nekat atau bonek,” pungkasnya. (*)